Gagalnya Pendidikan Seks Amerika

Saat ini, media massa gencar menayangkan gaya hidup barat yang banyak bertentangan dengan Islam. Salah satunya perilaku seks mereka. Termasuk juga, pendidikan seks model sekuler yang dibanggakan. Namun ternyata, malah menambah kebobrokan.
Amerika termasukpenganut seks bebas. Bebas berhubungan dengan siapa saja, seperti binatang. Sekilas Nampak menggiurkan terutama bagi kaum muslim yang tak paham. Sedikit demi sedikit, muslim negeri ini mulai meniru, tak terkecuali pendidikan seks tersebut.
Dan, satu kenyataan yang tidak bias dipungkiri pendidikan seks tersebut berdasarkan perilaku seks mereka. Pendidikan itu tak mengajari anak-anak
tentang menghindari seks bebas, tetapi lebih pada sisi aman dan sehat melakukan hubungan seks bebas. Sehingga hasilnya tetap tidak bisa mengurangi timbulnya penyakit menular seksual (PMS) dan kehamilan pra nikah.
Pendidikan Seks Di Sekolah Amerika

Setiap sekolah Amerika baik negeri maupun swasta memberi pendidikan seksual mulai kelas 2 sampai 12. mulai tajun 1990, dana yang dianggarkan untuk program itu sebesar $2 Milyar per tahun. Para guru disuruh memberikan aspek-aspek teknis pendidikan seks tanpa mengajarkan nilai-nilai dan moral, atau bagaimana membuat keputusan yang benar. Setelah menggambarkan bagian tubuh pria dan wanita serta reproduksi, penekanan utama pendidikan ini adalah pencegahan penyakit kelamin dan kehamilan tak diinginkan (pra nikah).
Dengan peningkatan AIDS, yang penting adalah “seks aman” yang bisa diartikan menggunakan kondom tiap kali berhubungan seksual dengan orang lain yang belum dikenal. Dengan adanya bantuan dana dari pajak Negara, sekitar 76 sekolah di AS mulai membagikan kondom gratis bagi murid yang mengunjungi klinik sekolah. Secara cepat bisa diramalkan bahwa akan terdapat suatu mesin penjaja di gang-gang sekolah, dan anak-anak dapat memperoleh kondom tiap kali ingin berhubungan seksual. Peran orang tua dibatasi oleh para pengajar dan terkadang dikekang.
Pendidikan seks sekuler (barat) sama sekali tak bermoral, seperti ditawarkan oleh seorang pendidik, Dr. Sol Gordon. Dalam bayak hal, sangat bertentangan dengan Islam. Contoh-contoh pemikiran Dr. Gordon adalah:
Telanjang di rumah ( di kamar mandi atau di tempat tidur) adalah baik dan cara yang sehat mengenalkan seksualitas bagi anak yang lebih kecil ( di bawah 5 tahun), memberi kesempatan mereka bertanya. Dalam buku yang sama dia menyatakan bahwa 75% dari seluruh pelecehan seksual pada anaj dan incest (500.000 per tahun) terjadi dengan adanya hubungan dekat keluarga (orangtua, orangtua tiri, atau kerabat yang lain) dalam keadaan yang sudah biasa.
Permainan anak berhubungan dengan organ seksual anak lain merupakan suatu “eksplorasi tak dibuat-buat”, boleh dilakukan dan bukan alas an memarahi atau menghukum anak. Padahal, dia juga tahu bahwa anak lelaki berusia 12 tahun telah memperkosa anak perempuan berusia 8 tahun. Dia tidak mengatakan pada pembaca bahwa “eksplorasi yang tak dibuat-buat” ini dapat menjadi suatu tindakan seksual.
Anak-anak yang ketahuan membaca majalah porno tidak seharusnya dibuat merasa bersalah, tetapi orangtua semestinya menggunakan hal itu sebagai suatu kesempatan mendapatkan dasar yang berguna untuk mengajarinya tindakan-tindakan seksual, nilai-nilai dan eksplorasi seks. Seperti hadiah, pornografi seharusnya di mulai di rumah!.
Jika anak-anak sudah aktif secara seksual, jangan minta mereka menghentikannya. Kewajiban moral orangtua adalah menjaga kesehatan dan karir mereka dengan menyediakan informasi dan alat-alat berkaitan dengan kontrasepsi dan menghindari penyakit kelamin.
Pendidik seperti Dr. Gordon tidak percaya bahwa memberikan informasi seksual berarti memberikan tanda menuju hubungan seksual. Akan sangat mengherankan jika seseorang setelah diberi gambaran bentuk, warna, bau, dan rasa dari suatu buah baru, dan kenikmatan yang di dapat dari memakannya, kemudian tidak akan mencobanya?
Para pendidik Amerika itu mengatakan walaupun anak-anak tidak bertanya sesuatupun tentang seks, orangtua seharusnya memulai membicarakannya, sperti menggunakan topic seperti tetangga yang hamil, tingkah laku binatang, iklan, musik, atau acara TV popular. Para pendidik itu sungguh mengherankan, mengapa mereka begitu tergoda menjejali anak-anak dengan informasi seksual, walaupun anak-anak ingin atau tidak.

Semakin Dididik Semakin Rusak

Pendidikan seks di sekolah-sekolah Amerika, tidak membantu mengurangi timbulnya penyakit kelamin atau hamil pra nikah. Hal ini disebabkan karena tidak mengubah kebiasaan seks mereka. Menurut Marion Wright Elderman, Presiden organisasi Children Defense Fund dalam laporannya baru-baru ini mengatakan bahwa dari setiap 20 remaja, 10 orang aktif secara seksual, tetapi hanya 4 orang yang menggunakan alat kontrasepsi, 2 orang hamil dan melahirkan.
Pada tahun 1982, penelitian Jhon Hokins menemukan bahwa satu dari setiap 5 orang yang berumur 15 tahun, dan 3 orang yang berumur 16 tahun telah aktif secara seksual. Kejadian ini baik 43% pada usia 17 tahun, 46% pada usia 16 tahun, 29% pada usia 15 tahun. Sekarang, diperkirakan bahwa sekitar 80% wanita yang memasuki perguruan tinggi telah berhubungan seksual paling tidak sekali.
Pergi kegeraja juga tidak membantu juga. Sejumlah 1.400 remaja, kebanyakan kulit putih, yang menghadiri Gereja Konservatif Evangelis diberi pertanyaan tentang kehidupan seks mereka. 26% dari usia 16 tahun, 35% usia 17 tahun, dan 43% usia 18 tahun mengatakan telah melakukan hubungan seksual setidaknya sekali.

Akibat Seks Dini

Bahaya seks dini bagi kesehatan termasuk diantaranya adalah trauma seks, peningkatan terjangkitnya kanker leher rahim, penyakit menular seksual, dan kehamilan dini (pra nikah). Sangat mungkin timbul berbagai macam lukan dan terjadi saat organ seksual belum siap (dalam artian matang secara penuh) menjalani hubungan seksual. Beberapa luka ini punya efek yang membekas lama. Kanker leher rahim telah diduga terkait dengan hubungan seksual pada usia dini dan dengan banyak orang. Dr. Nelson serta rekannya menyebut penyakit itu sebagai penyakit menular seksual dalam artikel tentang “Epidemiologi Kanker Leher Lahir”.
Sekitar sejuta atau lebih remaja putri AS hamil setiap tahun, 80% dari mereka belum menikah. Dari jumlah ini, sekitar 500.000 orang memutuskan memelihara bayinya, 450.000 menggugurkan (atau membunuh?), dan 100.000 melahirkan kemudian memberikan bayinya untuk diadopsi. Pada tahun 1950, terjadinya kehamilan pra nikah pada remaja hanya 13,98%, namun di tahun 1985 meningkat sampai 59%.
Hanyalah sebuah mitos, kehamilan remaja adalah masalah bagi orang hitam dan miskin. Sebaliknya, 2 dari 3 remaja yang hamil sekarang ini adalah kulit putih, di pinggiran kota, dan di atas tingkat pendapatan orang miskin. Rata-rata kehamilan ( di luar nikah) dari 54.000 wanita adalah 40%, sama dengan 17% dari populasi umum.
Seperti apa kehidupan mereka yang mengalami kehamilan dini? Hanya 50% lulus SMU, lebih 50% mereka adalah orang kaya. Mereka sendiri yang menjadi penyia-yia anak, dan anak-anak mereka ketika dewasa, 82% mengalami kehamilan dini pula. Sebesar $8,5 milyar diberikan untuk membantu keuangan dan pemeliharaan kesehatan ibu-ibu remaja ini, tiap tahunnya.
Revolusi seksual pada tahun 60-an telah mempengaruhi dimensi lain masalah kesehatan. Di tahun 1985 saja, 10 juta kasus Chlamydia, 2 juta kasus gonorrhea, 1 juta kasus kutil kelamin, ½ juta kasus herpes daerah kelamin, dan 90.000 kasus syphilis terdiagnosa. Serangan AIDS menambah simpul baru ketakutan masyarakat AS.
Di AS saja, sekitar 52.000 kasus telah terdiagnosa dan 50% dari mereka telah meninggal. Penyakit ini meningkat rata-rata sekali setiap 14 menit, dan sejauh ini belum ada perawatan yang baik. Pendeta Bruce Ritter dari New York yang membuka penampungan bagi anak-anak jalanan, mengatakan bahwa ancaman terbesar dari sejuta orang jalanan sekarang ini adalah AIDS.
Itulah pendidikan seks barat, yang sangat bertentangan dengan syariat dan tak membawa manfaat. Masihkan kaum muslim ingin mempelajari dan menerapkannya? Beda dengan pendidikan seks Islam, yang berusaha menutup segala kemungkinan kearah hubungan seksual terlarang (zina). Untuk itu, tak perlu pendidikan seks model barat bagi anak-anak. Karena, akan membimbing mereka menjauhi dan melanggar syariat.
Sumber : Majalah Nikah, Vol 3, No. 5 hal. 73-75

0 comments:

Post a Comment